Identitas keagamaan Obama nampaknya penting dan terus diperebutkan di AS di dunia. Padahal, apa pentingnya bila kejelasan identitas keagamaannya tidak menyumbang peranan positif pada agamanya? Iya kan? Yang penting adalah apa yang dilakukannya bukan apa agamanya. Tidak beragama sekalipun kalau dia memerintah dengan adil pada semua agama, simpatik dan bijaksana, baguslah itu! Sebaliknya, jelas agamanya tapi bersikap buruk malah akan memperburuk citra agamanya. Nampaknya, kepentingan citra ini terus dibangun dan direkonstruksi. Dua tulisan berita dari dua sumber yang berbeda dari dua penulis yang berbeda sama-sama d bawah ini berusaha membangun citra masing-masing keagamaan seorang Obama. (Moef)Gedung Putih: Obama Seorang Nasrani
VIVAnews – Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, adalah seorang Nasrani.
Pernyataan Gedung Putih ini menepis anggapan warga AS yang menduga keras Obama seorang muslim.
“Presiden jelasnya adalah seorang Nasrani. Dia berdoa setiap hari,” kata juru bicara Gedung Putih, Bill Burton, Kamis 19 Agustus 2010.
Makin bertambahnya warga AS yang merasa bahwa Obama bukanlah seorang Nasrani diketahui dari hasil survei.
Menurut survei dari Pew Research Center dan Pew Forum on Religion & Public Life, jumlah responden yang menilai Obama adalah muslim kini sebanyak 18 persen dari total partisipan. Jumlah itu meningkat tujuh persen dari hasil survei Maret 2009.
Pada survei yang sama, jumlah respoden yang yakin bahwa Obama adalah umat Kristen kini hanya 34 persen, padahal tahun lalu sebesar 48 persen. Menariknya lagi, sebanyak 43 persen responden saat ini mengaku tidak tahu agama apa yang dianut Obama.
Survei Majalah Time/ABT SRBI, yang berlangsung 16-17 Agustus lalu, mengungkapkan bahwa 47 persen responden menganggap Obama adalah Nasrani, sedangkan 24 persen percaya dia Muslim, sedangkan 24 persen mengaku tidak tahu atau tidak memberi jawaban.
Menurut kalangan media massa di AS, pandangan respoden atas keyakinan Obama itu terkait dengan dukungannya atas pembangunan suatu masjid di kawasan Manhattan, New York. Saat mengadakan acara buka puasa di Gedung Putih, Jumat 13 Agustus 2010, Obama menyatakan bahwa Islam merupakan bagian dari Amerika dan umat Muslim berhak mendirikan tempat ibadah di manapun, termasuk di Manhattan.
Namun, kendati juga didukung oleh walikota New York, pembangunan masjid itu ditentang oleh sebagian publik dan kalangan politisi dari Partai Republik. Menurut mereka, pembangunan itu dibenarkan karena dekat dengan kawasan “Ground Zero. “Lokasi itu dulunya adalah kompleks menara kembar World Trade Center, yang hancur akibat serangan teroris al-Qaida pada Tragedi 11 September 2010, yang menewaskan sekitar 3.000 jiwa.
Menurut pengamat, mereka yang tidak senang dengan dukungan Obama atas pembangunan masjid itu lalu mencoba menciptakan opini di kalangan masyarakat untuk mempertanyakan identitas dan latar belakang Obama.
“Situasi ini mencerminkan makin intensifnya pandangan negatif atas Obama dari kalangan pengritik,” kata Andrew Cohut, direktur Pew Research Center.
Presiden AS sejak 20 Januari 2009 ini memiliki latar belakang yang “warna-warni.” Bernama lengkap Barack Hussein Obama, ayahnya adalah seorang Muslim asal Kenya dan ibunya adalah Nasrani Amerika.
Sejak kecil, Obama dibesarkan oleh ibunya, Ann Dunham, dan orang tua dari ibunya. Pada umur 6 hingga 10 tahun, Obama tinggal di Indonesia bersama dengan ibu dan ayah tirinya, Lolo Soetoro. (Associated Press)
Anda Yakin Obama Muslim?
Presiden Obama adalah Muslim. Dia bukan warga negara Amerika. Dia bahkan tidak dilahirkan di Amerika. Pernyataan ini jelas tidak benar. Tapi, secara mengejutkan orang-orang Amerika percaya akan hal itu.
Siapa yang disalahkan kalau sudah begini? Media atau sifat alami manusia yang senang bergosip? Semua presiden pastinya pernah kena isu terkait citra. Apakah mereka terlalu lemah, terlalu agresif, condong ke ‘kiri’ atau terlampau berat ke ‘kanan’.
Buat presiden AS dengan latar belakang paling internasional ini, masalah pencitraan semakin pelik karena banyak orang percaya pada gosip dan desas-desus ketimbang informasi resmi.
“Ini masalah Anda percaya atau tidak percaya. Itu menjelaskan hampir semuanya,” kata Nicholas DiFonzo, profesor psikologi, ahli rumor, dan penelitian gosip di Institut Teknologi Rochester. Ia menilai iklim politik AS sekarang makin terpolarisasi diwarnai persaingan ketat dengan faksi-faksi politik yang berupaya saling menjatuhkan. Pada akhirnya kondisi ini memberikan lahan subur untuk gosip.
Survei terbaru yang dilakukan badan riset di bawah Pew Research, sebuah lembaga polling yang cukup kompeten di AS menunjukkan hampir satu dari lima orang AS atau 18 persen percaya bahwa Obama Muslim. Angka itu naik dari jumlah 11 persen dalam survei Maret 2009.
Jajak pendapat yang dirilis Kamis (19/8) itu menunjukkan responden yang menjawab benar bahwa Obama beragama Kristen hanya 34 persen, turun dari posisi 48 persen pada jajak pendapat tahun lalu. Gedung Putih bahkan merasa harus menanggapi hasil survei ini. “Presiden jelas seorang Kristen, dia berdoa setiap hari,” kata Juru Bicara Gedung Putih Bill Burton.
Faktanya, Obama lahir dari ayah Muslim berdarah Kenya dan ibunya orang Kansas. Lahir di Hawaii, Obama menghabiskan umur enam hingga 10 tahun di Indonesia bersama ayah tirinya yang seorang Muslim. Ternyata masih banyak warga AS yang tidak mengetahui detail ini.
Nama lengkapnya, Barack Hussein Obama, memang terdengar sangat Muslim. Saat dilantik sebagai presiden ke-44 Amerika pada 20 Januari 2009, ia dengan jelas menyebut nama tengahnya itu. Padahal, protokol Gedung Putih menyebutnya Barack H Obama.
Sejak masa kampanye tahun 2008, masalah agama Obama sering diangkat menjadi isu. Saat itu kantor berita Associated Press pernah memuat foto Obama memakai sorban dan jubah putih. Foto diambil saat kunjungan Obama ke Kenya pada 2006. Hillary Clinton, mantan pesaingnya dalam meraih kursi presiden juga pernah ditanya mengenai apakah Obama seorang Muslim. Jawabannya membuka ruang untuk spekulasi. “Kita tidak punya dasar mengatakan itu, sejauh yang saya tahu ….”
Dalam sebuah wawancara radio, penyiar Michael Savage beberapa kali menyatakan bahwa Obama pernah bersekolah di sekolah Islam (madrasah) selama di Indonesia. Fakta yang tidak benar, namun banyak yang percaya. Persepsi masyarakat akan lebih parah lagi bila adegan Obama kecil ikut shalat dalam film Indonesia ‘Obama Anak Menteng’ tidak dihilangkan.
Rush Limbaugh, pemandu acara terkenal di AS berkelakar menyebut ‘Imam Obama’ belakangan ini, terkait isu pendirian Islamic Centre yang berdekatan dengan lokasi runtuhnya World Trade Center (WTC) 9/11. Limbaugh pun pernah memuji seorang wanita yang mempertanyakan kewarganegaraan Obama. Jurnalis senior CNN Lou Dobbs pun pernah memberikan waktu bagi kelompok yang mengklaim Obama bukan lahir di AS, meskipun ia sendiri tidak memercayainya.
Survei terbaru dilakukan oleh Pew Research Center dan lembaga nonpartisan afiliasinya, Pew Forum untuk Agama & Kehidupan Publik. Penelitian ini dilakukan sebelum kontroversi tentang apakah Muslim diizinkan membangun masjid dekat lokasi WTC. Atas masalah ini, Obama menyatakan Muslim berhak membangun pusat kegiatan Islam di sana karena Amerika percaya pada kebebasan beragama dan agama apa pun memiliki hak yang sama.
Managing Editor FactCheck.org, organisasi di bawah Studi Kebijakan Publik Universitas Pennsylvania, Lori Robertson, menilai internet membantu menyebarkan fakta yang salah atau kebohongan. “Desas-desus lebih mudah tersebar, masyarakat lebih mudah mengakses hal seperti ini,” ujarnya. Organisasinya pun berulang kali menanyakan soal agama Obama dan memublikasikan fakta yang sebenarnya. Pernah beredar surat elektronik yang mengisahkan Obama disumpah di Gedung Putih dengan menggunakan Alquran, dilengkapi fotonya. Kenyataannya, Obama disumpah dengan Injil.
Namun, pertanyaan-pertanyaan tentang iman Obama tidak berhenti. Ia disebut sebagai presiden yang menerbitkan perangko Idul Fitri dan Idul Adha. Faktanya, perangko itu pertama kali terbit delapan tahun lalu di masa George W Bush. Obama juga hanya mengikuti praktik Bush dalam mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa.
Wartawan legendaris Walter Lippman dalam karya klasiknya berjudul ‘Opini Publik’ terbitan 1922, menulis bahwa peristiwa di dunia didorong oleh kelompok minoritas yang memanipulasi mayoritas. Distorsi bisa muncul karena sempitnya ruang untuk mencerna dan kosakata yang terbatas untuk mengekspresikan dunia yang rumit. Masalahnya bukan hanya media, tapi juga masyarakat. “Orang-orang, hidup di dunia yang sama, tetapi berpikir dan merasa dengan cara berbeda,” tulis Lippman yang masih relevan hingga kini.
Ruang untuk menyebarkan rumor menjadi lebih mungkin pada zaman sekarang. Jumlah orang yang percaya rumor soal status Muslim Obama bisa jadi sama banyak dengan orang yang percaya John F Kennedy menerima perintah dari Paus, bahwa George W Bush membantu merencanakan serangan 11 September. Saat Bill Clinton berkuasa di era 1990-an banyak orang di AS yang percaya negara itu tengah mengalami defisit, padahal terjadi sebaliknya.
No comments:
Post a Comment