"Hati"

Tatalah hatimu! Tetapi kalau belum bisa menata hati, tatalah sendalmu dengan baik.

My Blog List

...Rumah Makan Harmoni (Depan BANK MANDIRI SYARIAH SUDIRMAN) terima karyawan wanita, diutamakan yang pandai membungkus nasi. hubungi Helmi 081268086958

Pages

Wednesday, July 27, 2011

Ingat Ibu Bila Menjelang Ramadhan


Aku senantiasi mengenang saat-saat Ramadhan tiba beberapa tahun silam, saat masih duduk di bangku SD sampai SMA. Itulah masa-masa terindah Ramadhan dan Lebaran yang pernah kualami, dan tidak lagi kurasakan keindahannya kini. Cukup bahagialah meskipun hanya sebatas mengenang masa-masa Ramadhan yang indah itu, masa Ramadhan bersama almarhumah Ibu.

Seingatku, aku mulai tamat berpuasa sejak duduk di bangku kelas 2 SD tahun 1977. Setahun sebelumnya, Ayah ku, mengajariku bacaan sholat dan doa-doa niat serta membatalkan puasa. Di rumah bacaan itu harus kuucapkan keras-keras: nawaetu saoma godhi...dst. Dan, yang paling menyejukkan ketika melantunkan bacaan berbuka puasa: allahumma laka sumtu, wa bika amantu... dst.

Ibu dan Ayahku ku yang kini sudah tiada, mereka selalu mengistimewakan bulan Ramadhan ini sebulan penuh dan berpuncak pada Idul Fitri, hari kemenangan. Jelang Ramadhan, misalnya, masakan dan makanan selalu istimewa. Setidak-tidaknya dibanding hari-hari biasanya. Ayam kampung piaraan kami potong sampai dua ekor. Kadang daging sapi pun, makanan paling istimewa di kampung kami, Ibu sediakan untuk sop. Kolak sudah menjadi kewajiban ada. Pakcik-Makcik dan saudara-saudara yang mengembara ke luar Dumai, sengaja pulang untuk bersama di awal Ramadhan ini.

Kalau ingat sekarang, kemewahan seperti itu benar-benar sangat berlebihan. Maklum kedua orangtuaku hanya "Petani" nyaris melipatgandakan biaya belanja sebulan itu. Kadang Ayah yang mengingatkan, “Jangan terlalu berlebihan, tetangga kita masih ada yang berkekurangan!” Maklum Ayah Ku Guru Ngaji dan tempat orang kampung Ku "bertanya" selalu memberi contoh yang bai. Ibu selalu punya kilahan yang menyejukkan, “‘Kan tidak setiap hari, ini hanya selama Ramadhan saja, biar anak-anak senang.”

Ibu benar, hanya pada bulan Ramadhan sajalah kami berkumpul, kakaku sekolah diluar daerah Pekanbaru dan ada juga ikut keluarga di Malaka (Malaysia) Hanya saat Lebaran kami ngumpul. Hari-hari lain kami terpencar. Hanya SD yg ada di kampung ku., tidak seperti sekarang? Nyaris tidak pernah ngumpul selain Ramdhan dan Lebaran.

Hanya saat Ramadhan sajalah kami bisa menikmati kue kering yang lezat, manisan kolang kaling dan pepaya yang segar, serta kue bolu (cake) yang aromanya bisa membuat hidung tetangga cungat-cungit. Untuk kue bolu yang harum ini Ibu selalu bilang, “Ini buat Lebaran, jangan dimakan sekarang!” Duh, padahal lebaran masih tiga hari lagi! (Maaf aku menangis ketika mengetik tulisan ini)

Menantikan saat-saat berbuka puasa adalah hal yang menyengkan tiada tara. Jam empat selepas sholat ashar, aku biasa menghabiskan waktu dengan bermain layang-layang di tepi laut bekas lapangan bola kaki. Suasana hijau yang membentang luas, dengan hamparan laut yang membiru di kejauhan. Jika ada waktu, Ayah sering mengajak kekebun durian dan cengkeh.

Saat usai tarawih, perut anak-anak sepertiku kala itu, lekas terjangkiti lapar lagi. Solusinya kue tadarus yang emang selalu ada di mesjid. Walau tadarus belum mulai, karena orang masih sedang shalat taraweh, kuenya udah kani mbat dulua...tapi ga semua lho, pasti disain untuk taduran.

Demikian seterusnya. Selalu istimewa, sebab ritual seperti itu tidak akan kujumpai lagi di hari-hari biasanya.

Jika aku dan adik-adik mulai beranjak tidur, Almarhum Ayah dan almarhumah Ibu tadarus, membaca dan menderas Al Quran dengan cara bersenandung. Senandung Ilahi masih terngiang sampai sekarang. Kami menyerap tadarus itu sampai ke lubuk hati, sampai kami tertidur pulas.

Saat tiba makan sahur, Ibu yang selalu membangunkanku, “nak, bangun...sahur...besok puasa ga?. bangun sayang” Itulah almarhumah Ibu yang selalu mengakhiri kalimat dengan kata sayang, memintaku bangun dan makan sahur.

Saat lebaran tiba, kami bersimpuh, meminta maaf kepada orangtua, Ayah dan Ibuku. Demikianlah ritual itu berulang setiap Lebaran. Dan, suasana lebaran yang paling mengharukan terjadi pada Idul Fitri tahun ....maaf aku lupa. Itulah lebaran terakhir dimana aku terakhir bersimpuh. Ibu meninggal ketika Aku masih SMP. Menjelang Ramadhan 2011 ini aku teringat Ibu..."Ibu izinkan aku mengucapkan kata-kata" ....."aku rindu pada Mu..............................................................................................................................................................."

Maaf Pembaca...aku menagis lagi...semoga ibuku mendengar.....

Di depanku kini, nyaris 25 tahun setelah kepergian Ibu, hanya terdapat nisan bertuliskan nama Ibu. Sebuah prasasti beku yang ditoreh Almurhum Ayah ku. Di atas kuburan Ibu, aku mengenang masa-masa Ramadhan yang telah lalu, yang keindahannya terasa berkurang dan terus berkurang semenjak kepergian Ibu.

“Ibu, maafkan aku, anakmu!”

"Ayah Aku senantiasa membaca doa yang ayah ajarkan dulu"..."Ya Allah manja kanlah kedua orang tua ku di dqlam kuburnya...amin.."

Selamat menyambut Ramadhan kepada semua pembca tulisan ini...mohon maaf lahir dan bathin.



Monday, July 25, 2011

Khutbah Rasulullah Menjelang Ramadhan




Dalam rangka menyambut Ramadhan, inilah pentingnya bulan suci ini seperti dituturkan Rasulullah pada akhir bulan Syaban.
“Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yg paling utama.
Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah, Allah Ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbal-alamin.
Wahai manusia, barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.
(Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan khotbahnya, “Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan seteguk air.”)
Wahai manusia, siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, ia akan berhasil melewati Sirathal Mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.
Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.”
(Aku –Ali bin Abi Thalib yang meriwayatkan hadits ini– berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi, “Ya Abal Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.)
Sumber: Dakwatuna