"Hati"

Tatalah hatimu! Tetapi kalau belum bisa menata hati, tatalah sendalmu dengan baik.

My Blog List

...Rumah Makan Harmoni (Depan BANK MANDIRI SYARIAH SUDIRMAN) terima karyawan wanita, diutamakan yang pandai membungkus nasi. hubungi Helmi 081268086958

Pages

Tuesday, December 27, 2011

Takdir


Foto : Budi

Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.1)


Takdir dalam agama Islam

Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.

Untuk memahami konsep takdir, jadi umat Islam tidak dapat melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir. Kedua dimensi dimaksud ialah dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.

Dimensi ketuhanan

Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.

  • Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang).
  • Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2)
  • Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70)
  • Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (Al Maa'idah / QS. 5:17)
  • Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya (Al-An'am / QS 6:149)
  • Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96)
  • Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat.

Dimensi kemanusiaan

Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya.

  • Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Ar Ra'd / QS. 13:11)
  • (Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Al Mulk / QS. 67:2)
  • Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga mereka akan bersedih (Al-Baqarah / QS. 2:62). Iman kepada Allah dan hari kemudian dalam arti juga beriman kepada Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir.
  • ... barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir... (Al Kahfi / QS. 18:29)

Foto :Roslaili


Implikasi Iman kepada Takdir

Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manuisa hanya tahu takdirnya setelah terjadi.

Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu dinialianya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang dilarang juga (Al Hadiid QS. 57:23).

Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan takdirnya) maka diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati.

...semoga bermanfaat...


Friday, October 7, 2011

Mengapa Orang Yahudi/Israel Pintar

Tanpa bermaksud untuk mendramatisasi tentang orang Israel dan atau orang Yahudi, saya ingin berbagi informasi yang saya peroleh dari membaca terjemahan H. Maaruf Bin Hj Abdul Kadir (guru besar berkebangsaan Malaysia) dari Universitas Massachuset USA tentang penelitian yang dilakukan oleh DR.Stephen Carr Leon. Penelitian DR Leon ini adalah tentang pengembangan kualitas hidup orang Israel atau orang Yahudi.


Begini ceritanya

Ternyata, bila seorang Yahudi Hamil, maka sang ibu segera saja meningkatkan aktivitasnya membaca, menyanyi dan bermain piano serta mendengarkan musik klasik. (Islam menganjurkan wanita hamil memperpanjang sujud dan membaca Alquran lebih banyak, pasti lebvih baik) Tidak itu saja, mereka juga segera memulai untuk mempelajari matematika lebih intensif dan juga membeli lebih banyak lagi buku tentang matematika, mempelajarinya, dan bila ada yang tidak diketahui dengan baik, mereka tidak segan-segan untuk datang ke orang lain yang tahu matematika untuk mempelajarinya. Semua itu dilakukannya untuk anaknya yang masih didalam kandungan.

Setelah anak lahir, bagi sang ibu yang menyususi bayi nya itu, mereka memilih lebih banyak makan kacang, korma dan susu. Siang hari, makan roti dengan ikan yang tanpa kepala serta salad. Daging ikan dianggap bagus untuk otak dan kepala ikan harus dihindari karena mengandung zat kimia yang tidak baik untuk pertumbuhan otak si anak. Disamping itu sang ibu diharuskan banyak makan minyak ikan (code oil lever).

Menu diatur sedemikian rupa sehingga didominasi oleh ikan. Bila ada daging, mereka tidak akan makan daging bersama-sama dengan ikan, karena mereka percaya dengan makan ikan dengan daging hasilnya tidak bagus untuk pertumbuhan. Makan ikan seyogyanya hanya makan ikan saja, bila makan daging, hanya makan daging saja, tidak dicampur. Makan pun, mereka mendahulukan makan buah-buahan baru makan roti atau nasi. Makan nasi dulu baru kemudian makan buah, dipercaya akan hanya membuat ngantuk dan malas berkerja.

"Rasulullah menganjurkan jangan makan ikan dan daging secara bersamaan"

Yang istimewa lagi adalah : Di Isarel, merokok itu tabu! Mereka memiliki hasil penelitian dari ahli peneliti tentang Genetika dan DNA yang meyakinkan bahwa nekotin akan merusak sel utama yang ada di otak manusia yang dampaknya tidak hanya kepada si perokok akan tetapi juga akan mempengaruhi “gen” atau keturunannya. Pengaruh yang utama adalah dapat membuat orang dan keturunannya menjadi “bodoh” atau “dungu”. Walaupun, kalau kita perhatikan, maka penghasil rokok terbesar di dunia ini adalah orang Yahudi! Tetapi yang merokok, bukan orang Yahudi.

Mana ada negara yang budaya rokoknya tinggi..."Maju!?"

Anak-anak, selalu diprioritaskan untuk makan buah dulu baru makan nasi atau roti dan juga tidak boleh lupa untuk minum pil minyak ikan. Mereka juga harus pandai bahasa, minimum 3 bahasa harus dikuasai nya yaitu Hebrew, Arab dan bahasa Inggris. Anak-anak juga diwajibkan dan dilatih piano dan biola. Dua instrument ini dipercaya dapat sangat efektif meningkatkan IQ mereka. Irama musik terutama musik klasik dapat menstimulasi sel otak. Sebagian besar dari musikus genius dunia adalah orang Yahudi.

Satu dari 6 anak Yahudi, diajarkan matematik dengan konsep yang berkait langsung dengan bisnis dan perdagangan. Ternyata salah satu syarat untuk lulus dari Perguruan Tinggi bagi yang Majoring nya Bisnis, adalah, dalam tahun terakhir, dalam satu kelompok mahasiswa (terdiri dari 10 orang), harus menjalankan perusahaan. Mereka hanya dapat lulus setelah perusahaannya mendapat untung 1 juta US Dollar. Itulah sebabnya, maka lebih dari 50 % perdagangan di dunia dikuasai oleh orang Yahudi. Design “Levis” terakhir diciptakan oleh satu Universitas di Israel, fakultas “business and fashion“.

Olah raga untuk anak-anak, diutamakan adalah Menembak, Memanah dan Lari. Menembak dan Memanah, akan membentuk otak cemerlang yang mudah untuk “fokus” dalam berpikir!

Di New York, ada pusat Yahudi yang mengembangkan berbagai kiat berbisnis kelas dunia. Disini terdapat banyak sekali kegiatan yang mendalami segi-segi bisnis sampai kepada aspek-aspek yang mempengaruhinya. Dalam arti mempelajari aspek bisnis yang berkaitan juga dengan budaya bangsa pangsa pasar mereka. Pendalaman yang bergiat nyaris seperti laboratorium, “research and development” khusus perdagangan dan bisnis ini dibiayai oleh para konglomerat Yahudi. Tidak mengherankan bila kemudian kita melihat keberhasilan orang Yahudi seperti terlihat pada : Starbuck, Dell Computer, Cocacola, DKNY, Oracle. pusat film Hollywood, Levis dan Dunkin Donat.

Khusus tentang rokok, negara yang mengikuti jejak Israel adalah Singapura. Di Singapura para perokok diberlakukan sebagai warga negara kelas dua. Semua yang berhubungan dengan perokok akan dipersulit oleh pemerintahnya. Harga rokok 1 pak di Singapura adalah 7 US Dollar, bandingkan dengan di Indonesia yang hanya berharga 70 sen US Dollar. Pemerintah Singapura menganut apa yang telah dilakukan oleh peneliti Israel, bahwa nekotin hanya akan menghasilkan generasai yang “Bodoh” dan “Dungu”.

Percaya atau tidak, tentunya terserah kita semua. Namun kenyataan yang ada terlihat bahwa memang banyak sekali orang yahudi yang pintar! Tinggal, pertanyaannya adalah, apakah kepintarannya itu banyak manfaatnya bagi peningkatan kualitas hidup umat manusia secara keseluruhan.

Namun terlepas dari itu semua, seperti yang si jelaskan pada Al-quran, beberapa surat Alb-Baqoroh...umat nabi Isa (Israel) adalah manusia yang paling banyak mengkonsumsi makanan yang di datangkan dari langit/sorga...Allahyu 'alam...

Saturday, August 27, 2011

Keberhasilan Puasa Kaitannya dengan Taqwa


Menjadi bertakwa, sebenamya sebuah proses untuk kembali kepada fitrah kita
sebagai manusia. Bertingkah laku sebagai manusia yang berbudaya tinggi. Bukan
hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk seluruh alam karena kita adalah
khalifah Allah di muka bumi.

Maka manifestasi sifat takwa adalah berbuat baik pada diri sendiri, berbuat baik
pada orang lain, berbuat baik pada lingkungan, dan beramal shalih dengan
mengikhlaskan ketaatan hanya kepada Allah semata. Semuanya berpadu dalam sebuah
keseimbangan.

Dalam kaitannya dengan ibadah puasa, maka takwa yang seperti itulah yang dipatok
sebagai tujuan. Jadi, puasa yang baik dan berhasil adalah puasa yang membawa
dampak pada ke empat hal tersebut, yaitu terjadi peningkatan kualitas diri
sendiri, peningkatan kualitas hubungan dengan sesama, peningkatan kualitas
terhadap lingkungannya, dan peningkatan kualitas hubungan dengan Allah.

Pada saat seseorang mencapai semua itu, maka sebenamya dia telah kembali kepada
fitrahnya sebagai manusia yang sesungguhnya insan kamil manusia yang sempurna.

Apakah tanda-tanda yang bisa dijadikan parameter untuk mengukur keberhasilan
puasa kita?

1. Badan lebih sehat

2. Emosi lebih rendah

3. Pikiran lebih jemih

4. Sikap lebih bijaksana

5. Hati lebih lembut dan peka

6. lbadahnya lebih bermakna

7. Lebih tenang dan tawadlu' dalam menjalani hidup

Dan masih banyak lagi manfaat lain yang bisa kita ukur dari efek puasa. Namun,
dengan mengukur ke 7 parameter itu kita sudah bisa memperoleh gambaran yang
komprehensif tentang berhasil tidaknya puasa kita dalam mengubah karakter
seseorang menjadi lebih bertakwa.

1. Badan Lebih Sehat

Ketakwaan seseorang, sebagai bentuk hasil puasa, salah satunya bisa diukur dari
kondisi kesehatannya. Puasa yang baik adalah puasa yang mampu mengubah pola
makan seseorang secara lebih sehat.

Kenapa takwa bisa membawa kita pada kondisi lebih sehat? Sebab, orang yang
bertakwa adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dalam hal makan, minum
dan gaya hidupnya. la sudah terbiasa dengan pengendalian diri selama bulan
puasa. Karena itu, menjadi mudah baginya untuk mengendalikan diri pada hari hari
di luar bulan puasa.

Jadi, ada dua hal yang menyebabkan dia menjadi sehat. Yang pertama, dia telah
melakukan puasa dengan benar selama bulan puasa, sehingga terjadi proses
penyehatan dalam dirinya. Mulai dari penggelontoran racun-racun dalam tubuh
(detoksifikasi), peremajaan sel sel (rejuvenasi) dan penyeimbangan kembali
sistem kesehatannya (stabilisasi).

Yang kedua, setelah berpuasa itu, ia masih tetap menjaga pola makan dan gaya
hidupnya di luar bulan puasa. Sehingga, badan tetap dalam kondisi terbaik dan
keseimbangannya. Akan menjadi lebih baik, jika di luar bulan puasa ia juga masih
sering berpuasa. Itu akan menjaga kestabilan kondisi badannya.

2. Emosi lebih rendah

Jika selama berpuasa kita mengikuti cara-cara yang diajarkan oleh Rasulullah
saw, maka bisa dipastikan emosi kita bakal lebih rendah. Sebab, berpuasa memang
bukan hanya mengendalikan diri untuk tidak makan dan tidak minum, melainkan juga
melatih emosi agar selalu dalam kendali akal.

Kondisi lapar dan haus memiliki peran yang cukup besar untuk selalu mengingatkan
kita dalam menjaga puasa agar tetap afdhol. Tidak emosional.

Emosi adalah manifestal dari ego seseorang. Emosi biasanya berkait dengan
kepentingan pribadi yang tidak kesampaian. Misalnya, marah, benci, dendam, iri,
dan dengki.

Puasa yang baik adalah puasa yang mampu mengendalikan emosi. Bukan sekadar
'menahan diri' untuk tidak melampiaskan, melainkan 'mengerti' bahwa hal itu tidak perlu dilampiaskan, sebab hanya akan merugikan semua pihak. Termasuk
dirinya sendiri. Lebih banyak mudharatnya dibandingkan manfaatnya.

Nah, 'mengerti' itulah sebenamya manifestasi dari keimanan seseorang. Bukan
terpaksa 'menahan diri'. Jika sekadar keterpaksaan, maka lain kali akan dengan
mudah kita lakukan.

Atau, kalaupun tidak, pada saat kita terpaksa menahan diri itu, kita sebenamya
sedang membangun 'penderitaan'. Padahal, 'kebaikan' mestinya tidak membawa kita
kepada belenggu yang menyengsarakan, melainkan membawa kita pada 'kebebasan'
yang membahagiakan.

Karena itu, puasa. yang baik adalah puasa yang membawa kita kepada kebahagiaan
ketika kita bisa berlaku tidak emosional. Karena kita telah terbebas dari
belenggu emosi kita sendiri.

3. Pikiran lebih jernih

Pikiran jernih disebabkan oleh dua hal. Yang pertama, makan yang tidak terlalu
banyak sehingga tidak menyebabkan kerja otak terganggu oleh kantuk. Dan yang
kedua, emosi yang rendah karena kita 'faham' bahwa emosi tinggi hanya
menyebabkan pikiran kita suntuk, jengkel, dan tidak terkontrol.

Sebaliknya, orang yang tidak terlalu kenyang dibarengi dengan emosi rendah, maka
pikirannya bakal lebih jemih dalam menghadapi berbagai macam persoalan.

Pikiran yang jernih menyebabkan akal kita berjalan secara proporsional.
Orientasinya mengarah kepada kemanfaatan dan kemaslahatan bersama. Sebab jika,
hanya bermanfat pada diri sendiri, itu berarti merugikan orang lain. Jika kita
merugikan orang lain, maka kita sedang menanam potensial masalah di masa depan,
yang nantinya bakal merepotkan kita sendiri.

Jadi berpikir jernih adalah berpikir untuk kebahagiaan kita semua. Jika kita
bisa berpikir jemih berarti kita telah berhasil dalam puasa kita. Dengan kata
lain kita telah menjadi orang yang bertakwa. Sebab, ini memang menjadi salah
satu parameter berhasil tidaknya seseorang untuk mencapai kualitas 'Takwa'

4. Sikap lebih bijaksana

Parameter keberhasilan puasa kita juga terlihat dari sikap yang lebih bijaksana.
Bijaksana adalah dampak berikutnya setelah kita bisa berpikir jernih. Orang yang
tidak bisa berpikir jernih, bisa dipastikan tidak bijaksana.

Yang ada di benaknya adalah kepentingan-kepentingan sempit. Misalnya, hanya
berpihak kepada diri sendiri atau golonganya saja. Orang yang demikian adalah
orang yang tidak bijaksana.

Atau, orang-orang yang hanya berpikir untuk kepentingan jangka pendek saja,
tidak mau tahu bahwa dalam jangka panjangnya bakal menciptakan problem bagi
generasi berikutnya. Dan lain sebagainya, yang intinya tidak bisa berpikir
jernih dalam memandang persoalan, dan kemudian membuat keputusan yang berwawasan
sempit.

Puasa mengajari kita untuk bersikap bijaksana, sekaligus melatih dalam kurun
waktu tertentu. Perintah untuk berlapar dahaga, mengendalikan diri, dan
sekaligus ikhtisaban (selalu melakukan evaluasi) berdasarkan iman (faham &
yakin) telah mendorong kita menjadi orang yang bijaksana.

Kebijaksanaan tidak bisa dipaksakan, melainkan dilatih berdasarkan kesadaran dan
kefahaman. Justru, jika kita melatih dengan rasa terpaksa, maka yang muncul
adalah ketidakbijaksanaan. Yaitu, ingin selalu memaksakan kehendak kepada diri
sendiri maupun orang lain.

Kebijaksanaan muncul dari keikhlasan. Keikhlasan adalah akibat dari keyakinan.
Keyakinan berakar kuat setelah kita memperoleh kefahaman. Dan kefahaman kita
dapatkan dari pembelajaran yang intensif sepanjang usia kita. Itulah yang
disebut sebagai proses keimanan. Dan keimanan itulah yang menjadi syarat bagi
orang berpuasa, yang ingin menuju kepada tingkatan 'bertakwa' alias menjalankan
ibadah dengan penuh keikhlasan karena Allah semata

5. Hati lebih lembut dan peka

Parameter ke lima yang bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan puasa adalah
hati yang lembut dan peka. Hati lembut dan peka sebenamya adalah dua hal yang
saling terkait. Jika hatinya lembut, maka pasti juga peka. Sebaliknya jika
hatinya peka, dengan sendirinya ia lembut.

Hati lembut dan peka ini adalah hati para nabi dan rasul. Rasulullah saw adalah
orang yang hatinya sangat lembut. Punya kepedulian tinggi dan peka terhadap
penderitaan orang-orang di sekitarnya. Nabi Muhammad orang yang sulit menolak
ketika dimintai tolong. Meskipun beliau sendiri sedang dalam keadaan sulit.

Bukan hanya nabi Muhammad, nabi Ibrahim juga termasuk orang yang berhati lembut
dan penyantun. Hal itu dikemukakan oleh Allah, dibanggakan di dalam Al Our'an.

QS. At Taubah (9): 114

“Dan permintaan ampun dan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain
hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. maka
tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya Itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim
berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat
lembut hatinya lagi penyantun.

Dan memang begitulah karakter orang-orang yang bertakwa. Secara gamblang Allah
menyebutkan di ayat-ayat lain, bahwa orang orang yang bertakwa itu memiliki
sifat-sifat terpuji seperti : selalu membantu orang-orang yang sedang menderita,
baik ketika keadaan lapang atau sempit. dan lebih dari itu, mereka memiliki
sifat 'sulit marah' 'mudah memaafkan'.

QS. Ali Imran (3) : 133 134

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang bertakwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.

Ayat di atas benar-benar menunjukkan karakter yang terkontrol sepenuhnya.
Tidaklah mudah untuk bisa menolong orang lain, sementara kita sendiri dalam
keadaan terjepit. Juga tidaklah mudah untuk mengendalikan amarah, ketika kita
'disakiti' oleh orang lain. Apalagi dengan gampang memaafkannya. Sungguh itu
memerlukan kemampuan kontrol diri yang sangat tinggi. Tapi memang begitulah
makna 'takwa', yaitu bisa mengontrol diri dalam seluruh perbuatannya, karena
Allah semata.

Bukan karena terpaksa menahan amarah atau pun terpaksa memaafkan. Demikian pula,
bukan terpaksa ketika menolong orang lain. Melainkan, dia telah sangat memahami
tentang makna keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah. Bahwa dengan
keikhlasan itu dia telah merendahkan egonya untuk mengagungkan Allah di atas
segala galanya, sebagai tujuan satu satunya dalam kehidupan ini ...

6. Ibadahnya lebih bermakna

Seseorang yang telah bisa mengontrol dirinya dengan baik, maka dia bakal bisa
meresapi makna ibadahnya. Apalagi tingkatan 'takwa' alias torkontrol itu
adalah tingkatan di atas 'iman' yakin atas dasar kefahaman.

Maka, dengan puasa itu kita berlatih untuk membiasakan diri dalam 2 hal. Yang
pertama, membiasakan diri untuk menerapkan kefahaman dan keyakinan kita dalam
bentuk amalan puasa. Dan yang kedua, adalah membiasakan dan menjaga kestabilan
kualitas puasa kita. Jika hal ini kita jalankan dengan istiqomah, hasilnya
adalah rasa kedekatan dengan Allah, yang menjadi kekuatan kontrol luar biasa
terhadap kelakuan kita sehari-hari.

'Rasa dekat' dengan Allah itulah yang bakal menjadikan seluruh ibadah kita bukan
hanya puasa menjadi lebih bermakna. Shalat kita akan 'ketularan' rasa dekat
itu. Sehingga, shalat bisa menjadi lebih khusyuk. Lebih bermakna.

Demikian pula puasa, lebih bermakna. Zakat dan Haji, juga lebih memberikan makna
dalam kehidupan beragama kita. Bukan cuma sekedar kewajiban, melainkan rasa
keikhlasan yang mendalam untuk menjalankan perintah itu semata-mata karena
Allah. Itulah yang dimaksudkan oleh Allah di dalam QS. Ali Imran: 102, bahwa
janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam (berserah diri kepada Allah
sepenuh keikhlasan)

7. Lebih tenang dan tawadlu'

Ketika seseorang telah mencapai keikhlasan yang tinggi, hatinya bakal tidak
pernah gelisah dan khawatir. la telah dapat merasakan bahwa segala sesuatu yang
terjadi dalam kehidupan ini adalah KehendakNya belaka. Karena itu, ia bisa
mengikhlaskannya.

Tidak mudah untuk mencapai tingkatan ikhlas, dalam arti yang sebenamya. Karena
kebanyakan kita ‘mengikhlaskan� sesuatu karena terpaksa mengikhlaskan. Bukan
keikhlasan yang sesungguhnya. Kenapa bisa terjadi demikian? Karena kita tidak
faham tentang apa yang kita lakukan. Dan, karena tidak faham, maka kita menjadi
tidak yakin. Lantas, karena tidak yakin itu, maka kita menjalaninya dengan
setengah hati.

Dalam firmanNya, Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang disebut sebagai
waliullah itu tidak pernah merasakan khawatir dalam kehidupannya. Apa yang
ditemuinya dan apa yang dialaminya selalu memberikan kegembiraan kepadanya.

QS. Yunus (10) : 62 64

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatizan terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Yaitu) Orang orang yang beriman
dan mereka selalu bertakwa Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di
dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat Tibak ada perubahan bagi kalimat-kalimat
(janji-janji)Allah Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.

Inilah sebenamya puncak kualitas keagamaan kita di dalam ber islam. Suatu
kualitas kepribadian yang tenang, tawadlu' dan tidak pernah merasa khawatir atau
pun gelisah, karena keikhlasan yang mendalam. Secara ringkas, kualitas itu
disebut sebagai 'berserah diri' kepada Allah atau Islam. Makna Islam, juga bisa
berarti selamat, damai, dan sejahtera.

Namun harus diingat, bahwa 'berserah diri' itu berbeda dengan 'pasrah'. Kata
yang terakhir ini memiliki konotasi agak negatif, karena lantas tidak melakukan
upaya yang maksimal. Sedangkan makna 'berserah diri' berkonotasi positif. Yaitu,
melakukan 'kebajikan' sebanyak-banyaknya dengan cara mengikhlaskan untuk Allah
semata. makna itu tersirat di dalam firman Allah berikut ini.

QS. An Nisaa'(4):125

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
lbrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.

Semoga menjadi ibadah bagi kita semua...yang nulis maupun yang baca...aku istirahat dululah... udah jam 12...


Wednesday, August 24, 2011

Doa Perpisahan (dengan) Ramadhan

Salah satu adab melepas bulan Ramadhan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para pengikutnya adalah membacakan Doa Perpisahan.

Doa Perpisahan tersebut sebaiknya dibaca pada malam terakhir Ramadhan. Namun, sekiranya ada kekhawatiran malam terakhir Ramadhan akan berlalu tanpa diketahui, maka dianjurkan untuk membacanya pada kedua malam terakhir Ramadhan, yaitu malam ke 29 (malam ini) dan ke 30.

Berikut saya bagikan beberapa alternatif doa perpisahaan tersebut dalam versi Bahasa Indonesia (dapat dipilih salah satu atau dibaca semuanya):

Doa 1

Dari Jabir bin Abdillah ra dari Muhammad al Mustafa SAW: Beliau bersabda, “Siapa yang membaca doa ini di malam terakhir Ramadhan, ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: menjumpai Ramadhan mendatang atau pengampunan dan rakhmat Allah.”

“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang dirakhmati bukan yang hampa semata”

Doa 2

Ya Allah, dalam kitab yang Kau wahyukan (kepada Nabi Muhammad SAW), Engkau berfirman: “Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkannya Al Qur’an di dalamnya”. Tetapi sebentar lagi berlalu. Aku mohonkan padaMu dengan perantaraan WajahMu yang mulia, dengan perantaraan kalimat-kalimatMu yang sempurna, seandainya masih tersisa padaku dosa yang belum Kau ampuni, atau dosa yang (menyebabkan) aku disiksa karenanya (hingga) terbitnya fajar malam ini, atau hingga berlalunya bulan ini, maka ampunilah semuanya, wahai Dzat Yang Paling Pengasih dari semua yang mengasihi.

Ya Allah, bagiMu segala pujian. Segala pujian yang telah Kau ucapkan untuk diriMu sendiri, segala pujian sungguh-sungguh yang diungkapkan hambaMu yang bijak dan senantiasa berzikir dan bersyukur kepadaMu. Merekalah orang-orang yang telah Kau bantu menunaikan hak-hakMu dari sebagian makhlukMu yang tersebar di alam ini, baik dari kalangan malaikat yang dekat denganMu ataupun nabi-nabi yang telah Engkau utus ataupun orang-orang yang berfikir ataupun dari kalangan mereka yang bertasbih kepadaMu.

Sungguh, Engkau telah mengantar kami ke bulan Ramadhan ini dan telah mengaruniai kami kenikmatan dan anugerah. Engkau telah menampakkan kemurahan dan pemberianMu. Karenanya, padaMu bermuara segala sanjungan yang abadi, kekal, dan menetap selamanya. Betapa agung sebutanMu.

Tuhanku, bantulah aku menjalani bulan Ramadhan sehingga Engkau sempurnakan puasa, shalat dan segala kebaikan, syukur dan dzikir kami di bulan ini. Oh Tuhanku, terimalah puasaku dengan sebaik-baiknya penerimaan, perkenanan, maaf, kemurahan, pengampunan, dan hakikat keridaanMu. Sehingga Kau memenangkan aku dengan segala kebaikan yang dituntut, segala anugerah yang Kau curahkan di bulan ini. Selamatkanlah aku di dalamnya dari kekhawatiran terhadap bencana yang mengancam atau dosa yang berlangsung terus.

Duhai Tuhanku, aku bermohon padaMu dengan keagungan yang diminta hambaMu dari kemuliaan nama-nama dan keindahan pujianMu dan dari para pengharap yang istimewa. Sudilah Engkau mencurahkan rakhmatMu kepada Muhammad dan keluarganya. Dan agar Kau jadikan bulan ini seagung-agungnya Ramadhan, yang telah berlalu dari kami sejak Engkau turunkan ke dunia, sebagai berkah dalam menjaga agama, jiwa dan segala kebutuhanku. Juga berkatilah aku dalam semua persoalan, sempurnakanlah pemberian nikmatMu, palingkanlah aku dari keburukan dan hiasi aku dengan busana kesucian di bulan ini.

Demikian pula, dengan rakhmatMu golongkanlah aku ke dalam orang-orang yang mendapatkan (keutamaan) malam al-Qadar. Malam yang telah Kau tetapkan lebih baik dari seribu bulan dalam keagungan ganjaran, kemuliaan perbendaharaan, keindahan syukur, panjang umur, dan kemudahannya yang berlanjut.

Oh Tuhanku, aku bermohon dengan perantaraan rakhmat, kebaikan, ampunan, karunia, keluhuran, kebaikan, dan pemberianMu. Janganlah Engkau jadikan Ramadhan ini sebagai kesempatan terakhirku. Sudilah Engkau mengantar aku hingga Ramadhan berikutnya dalam keadaan yang paling baik. Perlihatkan aku hilal Ramadhan berikutnya, bersama orang-orang yang melihat keleluasaan rakhmatMu. Dan limpahkanlah anugerahMu, wahai Tuhanku. Tiada ada Tuhan selain Allah.

Semoga perpisahanku dengan bulan Ramadhan ini bukanlah perpisahan untuk selamanya dan bukan pula akhir pertemuanku. Sehingga aku dapat kembali bertemu pada tahun mendatang dalam keadaan penuh keluasan rezaki dan keutamaan harapan. Kini aku berada di hadapanMu dengan penuh kesetiaan. Sesungguhnya Engkay Maha Mendengar segala doa. Ya Allah, dengarkanlah pengaduanku ini. Perhatikanlah rintihan, kerendahan, kepapaan dan penyerahan diriku ini.

Aku berserah diri padaMu, Tuhanku. Aku tidak mengharapkan kemenangan, ampunan, kemuliaan, dan penyampaian (kepada cita-citaku) kecuali padaMu. Anugerahilah aku keagungan pujianMu, kesucian nama-namaMu, dan kesampaianku kepada Ramadhan berikutnya dalam keadaan terbebas dari semua keburukan, kekhawatiran dan ganjalan. Segala puji untukMu semata, yang telah membantu kami untuk menunaikan puasa dan mendirikan qiyamul lail di bulan Ramadhan ini, hingga malamnya yang terakhir.”

Hanya denga cara beginilah aku bisa berdakwah...aku bukanlah seorang yang berilmu tinggi...

Semoga menjadi ibadah bagi kita semua.

Sunday, August 21, 2011

Menjelang Akhir Ramadhan

Setelah beberapa hari kehilangan ide nulis...ini aku datang lagi...

Ya Allah, betapa kami tak bisa berbuat lebih banyak di rama-dhan ini. Betapa kami hanya mampu untuk mereguk nikmat, mereguk senang, tanpa bisa sedikit pun berikan yang terbaik untukMu. Di bulan ini kami lebih banyak meminta ketimbang mengerjakan seruanMu. Ramadhan bagi sebagian dari kami, tak ubahnya sebuah pesta. Ramadhan bagi segolongan dari kami, sekadar ekstravaganza ibadah. Nyaris hanya secuil yang bisa kami maknai kemuliaannya.

Ya Allah, kami ingin mengadu kepadaMu. Meski kami malu karena selalu memalingkan wajah dari perintahMu. Kami mencoba meng-hempaskan beban yang kami derita. Kami ber-upaya untuk membuang semua penat di jiwa kami. Di akhir ramadhan ini kami cuma bisa mengeluh. Bahkan adakalanya keluhan itu bersumber dari kebodohan kami yang buta atas titahMu. Sepertinya kami tak pantas berbagi dengan-Mu. Terlalu banyak persoalan yang sebenarnya bersumber dari kesombongan kami, kejahilan kami, dan dari bebalnya kami.

Ya Allah, ijinkan kami untuk bersimpuh di hadapan-Mu. Melunturkan dosa dan memu-darkan penyakit yang berkarat di hati. Meski kami malu membeberkan luka-luka ini. Karena luka yang kami miliki, juga akibat kami tak mampu memenuhi syariatMu. Kami merasa berada di dalam sebuah lorong yang gelap, dingin, sepi dan sunyi. Hati kami terasa kering, meski setiap hari dibasuh dengan kalimat-kalimatMu yang sejuk. Jiwa kami berdebu, mes-ki setiap detik disapu firmanMu. Ramadhan bagi kami, ternyata hanya menyisakan luka, perih, dan sepi.

Sebagian dari kami tak bisa meman-faatkan kesempatan di bulan suci ini. Kami lebih suka menjadikannya sebagai sarana me-mupuk popularitas dan kekayaan. Kami pilu, ketika sebagian dari kami, umat Nabi Muhammad saw. ini, lebih menikmati ramadhan dengan gemerlap di layar kaca.

Mereka menutupi wajahnya dengan topeng. Bahkan berani menipu kami. Memen-jarakan kami ke ruang gelap sebuah kenistaan. Itu sebabnya, hari-hari kami sepanjang ramadhan ini, lebih banyak dihabiskan untuk menemani mereka di layar kaca membawakan program-program spesial ramadhan yang dikemas amat menghibur.

Di akhir ramadhan ini, luluskanlah permintaan kami untuk menyampaikan sesuatu, meski apa yang akan kami sampaikan Engkau pasti sudah mengetahuinya. Kami mencoba meraih sisa-sisa kekuatan kami yang nyaris musnah ditelan kesombongan kami.

Akhir ramadhan yang membosankan kami. Mungkin sebagian dari kami merasa memiliki sesuatu yang berharga untuk menjadi bekal setelah ramadhan. Tapi sebagian lagi dari kami, hanya membawa beban di akhir ramadhan ini.

Engkau pasti tahu, bahwa sebagian besar dari kami selalu tidak bertekad memperbaiki diri untuk meniti hidup pasca ramadhan. Ramadhan ternyata tidak membuahkan takwa, ramadhan hanya berlalu dan diisi dengan kekosongan.


Sebagian dari kami menjelang akhir ramadhan ini lebih asyik di pusat-pusat perbelanjaan ketimbang i'tikaf di masjid-masjid. Berpacu berburu untuk memilih baju lebaran dan beragam makanan, ketimbang menjaring lailatul qadar . Jalanan padat, masjid berubah jadi museum. Sepi. Ya, kami masih terpuruk di segala bidang.

Sobat muda muslim, selain kita mengukur apa yang telah kita lakukan di bulan pernah berkah, rahmat, dan ampunan ini, juga kita tumpahkan energi peduli kita untuk teman-teman yang masih tetap ‘istiqomah' dalam kemaksiatannya. Nggak jarang kita jumpai, saudara kita yang masih berprinsip “semau gue” dalam berbuat. Malah tetap maksiat meski di bulan suci dan mulia ini. Astaghfirullah.

Kita pantas cemas menyaksikan polah teman-teman yang menjalani puasa hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum doang. Sementara, mereka tetep gunjing sindir, tetap membuka auratnya, tetap tidak mengontrol mata, telinga, dan hatinya dari perbuatan kotor dan nista. . Rasulullah saw. bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak menda­patkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga” (HR Ahmad)

Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan.

Wednesday, August 10, 2011

10 Ramadhan Pertama

Mari kita persiapkan diri dengan 10 hari pertama dibulan Ramadhon , bilamana pada 10 hari pertama ini , bila kita menjalankan ibadah puasa dengan khusyu’ dan tenang , maka Allah akan membuat kita layaknya Bayi yang baru keluar dari Rahiim ibunya , Subhanallah , kunci nya adalah yaqin.

Selama bula Ramadhan ini , kita di gembleng oleh Allah untuk menjadi hamba yang “ la’allaku tattaquun “ yaitu agar menjadi hamba yang bertakwa semata kepada Allah dan segala aturan2nya. Dimana untuk menjadi hamba yang bertakwa kita haruslah mampu melawan musuh dalam selimut kita yang begitu kuat mengganggu kita untuk mendapatkan diri menjadi hamba yang bertakwa , siapakah hal yg dimaksud itu ? dialah Nafsu.

Nafsu ? menurut hemat saya dan pendapat berdasarkan pengalaman pribadi terbagi sementara menjadi 4 ;
- Nafsu Hewaniyah , segala tindakan kita senantiasa seperti binatang yang tanpa melihat depan belakang samping kiri samping kanan , yang penting dia bisa memenuhi kehendaknya tersebut.

- Nafsu Radhliyah , nafsu ini adalah , segala sesuatu tindakkan yang berulang – ulang kita perbuat , padahal kita tahu itu adalah salah dan keliru.

- Nafsu Syaithoniya , nafsu ini lah yang paling berbahaya dimana kita sudah tidak tahu lagi manakah yang benar manakah yang salah , yang penting kita bisa mendapatkan atau melakukan apa yang kita suka , ya ini lah nafsu yang sudah di balut oleh pengaruh musuh Allah dan musuh kita , yaitu Syaithon dan antek-anteknya.

Namun untuk mengcounter itu semua ada satu nafsu yang bisa membuat kita semakin dekat kepada Allah , yaitu Nafu Muthmainnah. Nafsu Muthmainnah lah yang paling ampuh bagi kita untuk memelihara diri dari pengaruh 3 nafsu versi saya, dikarenakan Nafsu Muthmainnah adalah nafsu yang bisa membangkitkan jiwa kita untuk bisa menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah dengan segala kelembutan sifat diri kita sebagai manusia , dengan kesabaran dan kelembutan yang terdapat dalam Jiwa Nafsu Muthmainnah , maka Insya Allah lahirlah ummat Islam yang lembut penuh kesabaran dan jiwa yg ingin terus meningkatkan kualitas ketakwaan didalam diri nya.

Amalan di bulan puasa ini dengan memperbanyak shalat sunah karena pahala yang didapat akan berlipat. Namun harus ikhlas karena Allah, janganlah pahala yang jadi target tapi proses pembelajaran diri untuk melaksanakan sariat islam dengan melaksanakan shalat sunah. Setelah shalat iringi dengan memperbanyak do'a dan membaca Al-qur'an. Memperbanyak shodaqah, dengan banyak cara. Serta memberi takjil bagi orang yang berbuka. Pahala nya sama seperti orang yang melakukan puasa 1 hari.

Mengejar Taqwa tentu harus paham betul apa yang dikejar. Bukan asumsi Taqwa begini dan begitu, tapi jelas sumbernya.

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” QS. Al-Baqarah:177.

Allahu'alam....




Monday, August 8, 2011

Setelah Witir Tidak Boleh Shalat Lagi, Benarkah?


shalat malam












"Sebenarnya Shalat Witir adalah Penutup Shalat Wajib. Setelah Shalat Isya Kerjakanlah Witir."

Ada dua pendapat di antara para ulama.

Pendapat pertama, mengatakan bahwa boleh melakukan shalat sunnah lagi sesukanya, namun shalat witirnya tidak perlu diulangi.

Pendapat ini adalah yang dipilih oleh mayoritas ulama seperti ulama-ulama Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah, pendapat yang masyhur di kalangan ulama Syafi’iyah dan pendapat ini juga menjadi pendapat An Nakho’i, Al Auza’i dan ‘Alqomah. Mengenai pendapat ini terdapat riwayat dari Abu Bakr, Sa’ad, Ammar, Ibnu ‘Abbas dan ‘Aisyah. Dasar dari pendapat ini adalah sebagai berikut.
Pertama, ‘Aisyah menceritakan mengenai shalat malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كَانَ يُصَلِّى ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَرَكَعَ ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ بَيْنَ النِّدَاءِ وَالإِقَامَةِ مِنْ صَلاَةِ الصُّبْحِ.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat 13 raka’at (dalam semalam). Beliau melaksanakan shalat 8 raka’at kemudian beliau berwitir (dengan 1 raka’at). Kemudian setelah berwitir, beliau melaksanakan shalat dua raka’at sambil duduk. Jika ingin melakukan ruku’, beliau berdiri dari ruku’nya dan beliau membungkukkan badan untuk ruku’. Setelah itu di antara waktu adzan shubuh dan iqomahnya, beliau melakukan shalat dua raka’at.” (HR. Muslim no. 738)

Kedua, dari Ummu Salamah, beliau mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat dua raka’at sambil duduk setelah melakukan witir (HR. Tirmidzi no. 471. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Ketiga, dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ خَافَ مِنْكُمْ أَنْ لاَ يَسْتَيْقِظَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ ثُمَّ لْيَرْقُدْ …

Barangsiapa di antara kalian yang khawatir tidak bangun di akhir malam, maka berwitirlah di awal malam lalu tidurlah, ...” (HR. Tirmidzi no. 1187. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Dipahami dari hadits ini bahwa jika orang tersebut bangun di malam hari –sebelumnya sudah berwitiri sebelum tidur-, maka dia masih diperbolehkan untuk shalat.

Adapun dalil yang mengatakan bahwa shalat witirnya tidak perlu diulangi adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ

Tidak boleh ada dua witir dalam satu malam.” (HR. Tirmidzi no. 470, Abu Daud no. 1439, An Nasa-i no. 1679. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Pendapat kedua, mengatakan bahwa tidak boleh melakukan shalat sunnah lagi sesudah melakukan shalat witir kecuali membatalkan shalat witirnya yang pertama, kemudian dia shalat dan witir kembali. Maksudnya di sini adalah jika sudah melakukan shalat witir kemudian punya keinginan untuk shalat sunnah lagi sesudah itu, maka shalat sunnah tersebut dibuka dengan mengerjakan shalat sunnah 1 raka’at untuk menggenapkan shalat witir yang pertama tadi. Kemudian setelah itu, dia boleh melakukan shalat sunnah (2 raka’at – 2 raka’at) sesuka dia, lalu dia berwitir kembali.
Inilah pendapat lainnya dari ulama-ulama Syafi’iyah. Mengenai pendapat ini terdapat riwayat dari ‘Utsman, ‘Ali, Usamah, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas. Dasar dari pendapat ini adalah diharuskannya shalat witir sebagai penutup shalat malam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا

Jadikanlah penutup shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751)

Pendapat yang Terkuat

Dari dua pendapat di atas, pendapat yang terkuat adalah pendapat pertama dengan beberapa alasan berikut.
Pertama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat sunnah setelah beliau mengerjakan shalat witir. Perbuatan beliau ini menunjukkan bolehnya hal tersebut.
Kedua, pendapat kedua yang membatalkan witir pertama dengan shalat 1 raka’at untuk menggenapkan raka’at, ini adalah pendapat yang lemah ditinjau dari dua sisi.
1. Witir pertama sudah dianggap sah. Witir tersebut tidaklah perlu dibatalkan setelah melakukannya. Dan tidak perlu digenapkan untuk melaksanakan shalat genap setelahnya.
2. Shalat sunnah dengan 1 raka’at untuk menggenapkan shalat witir yang pertama tadi tidaklah dikenal dalam syari’at.
Dengan dua alasan inilah yang menunjukkan lemahnya pendapat kedua.

Kesimpulan

Dari pembahasan kali ini, ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil.

Pertama, bolehnya melakukan shalat sunnah lagi sesudah shalat witir.

Kedua, diperbolehkannya hal ini juga dengan alasan bahwa shalat malam tidak ada batasan raka’at sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Majmu’ Al Fatawa, 22/272).

Jika kita telah melakukan shalat tarawih ditutup witir bersama imam masjid, maka di malam harinya kita masih bisa melaksanakan shalat sunnah lagi. Sehingga tidak ada alasan untuk meninggalkan imam masjid ketika imam baru melaksanakan shalat tarawih 8 raka’at dengan niatan ingin melaksanakan shalat witir di rumah sebagai penutup ibadah atau shalat malam. Ini tidaklah tepat karena dia sudah merugi karena meninggalkan imam sebelum imam selesai shalat malam. Padahal pahala shalat bersama imam hingga imam selesai shalat malam disebutkan dalam hadits, “Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Shahih).

Ketiga, adapun hadits Bukhari-Muslim yang mengatakan “Jadikanlah penutup shalat malam kalian adalah shalat witir”, maka menjadikan shalat witir sebagai penutup shalat malam di sini dihukumi sunnah (dianjurkan) dan bukanlah wajib karena terdapat dalil pemaling dari perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 395).

Demikian pembahasan kami dalam rangka menjawab pertanyaan seputar shalat tarawih yang kami bahas.

Semoga bermanfaat dan menjadi ilmu yang bermanfaat.


Sunday, August 7, 2011

Peliharalah Lidah Mu

Di antara hak kawan lagi ialah: Meninggalkan perbantahan atau pertengkaran terhadap segala yang diucapkan oleh saudaramu.

Berkata Ibnu Abbas: Jangan ajak bertengkar pada orang yang kurang akal, nanti ia akan membahayakan kamu. Jangan ajak bertengkar pada orang yang bersabar, nanti kamu dibencinya pula.

Rasullullah s.a.w telah bersabda:

Barangsiapa meninggalkan pertengkaran sedang ia bersalah, akan dibina baginya sebuah rumah di dalam halaman syurga. Dan barangsiapa meninggalkan pertengkaran sedang ia benar (tidak salah), akan dibina baginya sebuah rumah di tempat tertinggi dalam syurga.

Hadis tersebut menunjukkan betapa toleransi Agama Islam, padahal meninggalkan yang salah itu adalah wajib hukumnya. Tetapi Hadis itu telah menjadikan pahala melakukan sunnat di sini lebih besar. Sebab berdiam diri ketika dalam kebenaran itu lebih berat tekanannya atas diri daripada berdiam diri ketika dalam kesalahan atau kebatilan, dan sebenarnya pahala itu dikira atas kadar tanggungan.

Ingatlah, bahawa sebab yang paling berat sekali untuk menyalakan api kedengkian dalam hati sesama saudara, ialah dengan menimbulkan pertengkaran dan perbantahan. Kedua-dua sifat ini merupakan punca utama kepada permusuhan dan putus perhubungan. Bukanlah berputus hubungan itu mula-mulanya berlaku dengan timbulnya pendapat-pendapat yang berbeda-beda, kemudian dengan kata-kata yang tidak senang didengar oleh telinga, kemudian dengan beradu kekuatan atau berpukul-pukulan.

Nabi s.a.w. telah bersabda:

Janganlah kamu bermusuh-musuhan, jangan benci-membenci, jangan dengki-mendengki, jangan berputus hubungan antara satu dengan yang lain dan jadilah kamu sekalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara-mara.”

Baginda bersabda lagi:

Seseorang Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain, tiada boleh menganiyainya, atau menghalangi keperluannya, atau menghinanya. Memadailah seseorang itu dikira jahat, apabila ia menghina saudaranya Muslim yang lain.”

Ketahuilah, bahawa seberat-berat penghinaan terhadap kawan ialah melakukan perbantahan terhadapnya, sebab orang yang membantah kata-kata kawannya itu mungkin menganggap kawan itu bodoh, atau lalai, atau cuai dari memahami sesuatu perkara menurut semestinya. Itulah yang dikatakan penghinaan yang menyempitkan dada dan mengacau jiwa.

Abu Umamah meriwayatkan sebuah Hadis katanya: Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w datang ke tempat kami, sedang kami lagi berbantah-bantahan, maka baginda pun murka lalu bersabda:

Tinggalkanlah pertengkaran dan berbantah-bantahan, sebab amat sedikit sekali kebaikannya. Hindarkanlah pertengkaran dan berbantah-bantahan sebab tidak seberapa manfaatnya, malah ia akan menarik kepada permusuhan dan perselisihan antara sesama saudara.”

Setengah para salaf berkata: Orang yang mengata-nista saudaranya atau membantah-bantahnya, adalah orang yang rendah pekertinya dan yang telah lenyap penghormatanya dirinya.

Yang lain pula berkata: Awas! Jangan sekali-kali berbantah-bantahan dengan orang ramai. Sebab anda takkan berdaya menolak tipu daya seorang penyabar, atau menahan bencana seorang jahat.

Al-Hasan berkata pula: Tiada akan terbeli permusuhan seorang dengan kasih-sayang seribu orang.

Pendek kata tidak ada gunanya berbantah-bantahan, selain dari ingin menampakkan diri sebagai orang yang banyak akal dan lebih utama, serta menampakkan diri kawannya sebagai orang yang rendah dan masih bodoh.

Bukannkah itu menandakan takabbur dalam diri, menyimpan perasaan sombong, suka menghina dan mencaci orang lain sebagai kurang akal, bodoh dan jahil. Tidak ada pengertian lain yang lebih tepat dari yang tersebut itu, maka bagaimana dapat dibentuk persaudaraan yang sejati dan persefahaman.

Ibnu abbas pernah meriwayatkan dari Rasulullah s.a.w katanya, sabda baginda:

Janganlah anda membantah saudaramu, dan janganlah pula bersenda gurau dengannya (yakni yang berlebih-lebihan), dan bila berjanji suatu perjanjian, maka janganlah anda memungkirinya.

Sabda baginda lagi:

Kamu tidak mungkin akan menguasai orang ramai dengan harta kekayaan kamu, tetapi kuasailah mereka dengan wajah yang berseri-seri dan budi pekerti yang luhur.

Adapun sifat berbantah-bantahan itu adalah berlawanan dengan sifat budi pekerti yang luhur. Dan ketahuilah, bahawasanya asasnya persaudaraan itu ialah permuafakatan dalam perbicaraan, perlakuan dan sayang-menyayangi antara sesama saudara.

Semoga bermanfaat...dan dapat di jadikan parameter diri kita masing-masing.

Allahu'alam...

Friday, August 5, 2011

"Sedekah itu sesuatu yang ajaib".

ALLAH SWT. dalam surah Al Lail ayat 4-7, telah memberikan resep teramat ampuh bagi siapa saja yang menginginkan hidup serba mudah dan bahagia sejak di dunia sampai di akhirat kelak. Intinya, istiqamah bersedekah dan bertaqwa.

Rasul SAW. menerangkan, jika seseorang ingin betul dihilangkan kesulitannya, diringankan bebannya, dan ditolong semua permasalahannya, maka dia harus membantu mereka yang lebih susah, lebih menderita dan lebih bermasalah. Dalam sebuah hadis riwayat Thabrani dari Abu Darda, Rasulullah SAW. pernah bertanya kepada sejumlah sahabatnya : " Apakah kalian menginginkan kepuasan dan kesuksesan bathin serta terpenuhi kebutuhan hidup kalian ? ". Lalu beliau SAW. bersabda : " Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya dan berikanlah makanan yang sama dengan makanan yang engkau makan PASTI kalian akan mendapatkan kesuksesan bathin dan akan terpenuhi kebutuhan hidup kalian."


Abu Hurairah RA.meriwayatkan, bahwa Nabi SAW. bersabda: "Orang yang pemurah (penderma) itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Adapun orang yang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dekat dengan neraka."

Saking penting dan mulianya bersedekah itu, maka terhadap sahabat termiskin sekalipun, seperti Abu Dzar Al Ghifari, Rasulullah SAW tetap menganjurkannya. Karena gencarnya Baginda SAW membujuk Abu Dzar untuk istiqamah bersedekah, ia menjadi "penasaran" dan memberanikan diri untuk bertanya : "Ya Nabi Allah ! Engkau menyuruh kami bersedekah. Apa hakekat sedekah itu ?". Nabi Mulia SAW ini menjawab : "Sedekah itu sesuatu yang ajaib". Kalimat itu diulangi beliau tiga kali berturut-turut menandakan utamanya.

Kepada Ali bin Abi Thalib KW, menantunya, Rasulullah SAW. berwasiat : "Wahai Ali !.Keluarkanlah infak hartamu dan berilah kelapangan terhadap familimu dan janganlah khawatir terhadap Allah SWT yang memiliki ‘ Arsy bahwa DIA akan menyediakan karunia-Nya terhadapmu." Dan dalam satu hadis Qudsi Allah SWT. berfirman : " Wahai manusia !. Kekayaan-Ku tidak akan pernah habis selamanya. Semakin banyak engkau berinfak, sebanyak itu pula aku memberi rezeki padamu. Seberapa pula tingkat kekikiranmu sekedar itu pula Aku menahan rezekimu padamu." Sejak itu pula Ali bin Abi Thalib KW walaupun hidupnya tergolong miskin, setiap hari berupaya untuk bersedekah, kendatipun harus bekerja sebagai " pekerja " kasar, misalnya mengambil upah mengangkut air minum. Menurut Ibnu Abbas RA. dalam Tafsir Al Qurthuby, bahwa turunnya ayat 274 surah Al Baqarah itu, adalah karena memuji sikap Ali. Ia memiliki uang hanya 4 dirham. Ia menginfakkan 1 dirham di waktu malam dan 1 dirham di waktu siang, 1 dirham ia infakkan dengan cara sembunyi dan 1 dirham lagi, ia infakkan dengan cara terang-terangan. Ia tidak pernah merasa khawatir menghadapi hari esok, karena ia tahu Allah SWT menjamin rezeki hamba-Nya. Ia mendahulukan perniagaan dengan Allah, sebab ia yakin terhadap janji-Nya yang akan menggantinya dengan basalan yang terbaik.( QS. (2) : 261).

Uwais Al Qarni, termasuk generasi tabi’in. Rasul SAW menyebutnya sebagai sebaik-baik sahabat dari kaum tabi’in. Apa keistimewaan Uwais, sehingga walaupun tidak sempat bertemu Rasulullah SAW. tapi Baginda SAW. memujinya ?. Pertama, Uwais amat berbakti kepada ibunya. Dialah yang mengurungkan niat berangkat haji dan hasrat mengunjungi Rasulullah SAW, lantaran ibunya tidak ingin ditinggalkan sendirian olehnya. Kedua, walaupun hidupnya teramat miskin, tapi paling dermawan. Uwais bekerja sebagai pengembala dengan gaji 4 dirham. " Aku ini adalah pengembala yang digaji 4 dirham dan semuanya tidak masuk ke perutku.", ujarnya ketika pada suatu waktu ditanya oleh Umar bin Khattab RA dan Ali KW. Dalam sejarah kehidupan Uwais juga tercatat, dia biasa makan makanan yang diambil dari tempat sampah, setelah dibersihkan, lalu di bagi dua. Sebagian ia makan dan sebagian lagi ia sedekahkan..Setelah itu Uwais berdoa : "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu jika masih ada hamba-Mu yang kelaparan."

Ali Ath Thontowi, ulama terkenal dari Universitas Al Azhar Qairo berpesan : "Bila Anda membahagiakan Saudara Anda dengan pemberian, maka Allah akan membahagiakan Anda dengan pemberian-Nya yang tak terduga. Dan tak pernah Anda nantikan. Yang jelas pahala akhirat adalah lebih besar. Oleh karena itu pilihlah pakaianmu yang sekiranya lebih dan mainan serta permen anakmu dan lain-lain yang tak lagi dibutuhkan. Kirimkanlah kepada anak-anak tetanggamu yang fakir. Upayakanlah Anda bisa membuat mereka hidup senang sehari saja dalam setahun, sebagaimana Anda menikmatinya setiap hari sepanjang masa."

Diantaran keistimewaan sedekah dan infak berdasar Quran dan Hadis :
1.Melepaskan diri dari sifat perbudakan.
Rasul SAW. bersabda : " Sesungguhnya sedekah dapat menolak 70 pintu bencana.".
2 Merupakan obat dalam diri kita.
Rasul SAW.bersabda : " Obatilah penyakitmu dengan bersedekah."
3. Merupakan benteng buat diri kita.
Rasul SAW. bersabda : " Bentengilah harta bendamu dengan sedekah.".
4. Merupakan pemadam kemurkaan-Nya.
Rasul SAW. bersabda : " Sedekah dapat menutup kemurkaan Allah".
5. Menambah keakraban dalam persaudaraan.
Rasul SAW. bersabda : " Sedekah adalah hadiah. Maka berikanlah hadiah kepada teman pergaulanmu dan berkasih-sayanglah kalian dengan saling memberi hadiah".
6.Menanamkan rasa belas kasih dalam hati.
Rasul SAW. bersabda : " Barang siapa mendapat kesedihan di dalam hati, maka berikanlah sedekah."
7.Dapat menambah umur.
Rasul SAW. bersabda : " Sedekah dapat menolak musibah serta dapat menambah keberkahan umur."

Wallahualam.

Wednesday, August 3, 2011

Boleh Tidak Berpuasa (ada 5 golongan)

Allah menyukai keringanan yang diberikan dijalankan hamba-Nya. Begitu juga dengan rukshah atau keringanan bagi orang-orang tertentu untuk tidak berpuasa. Lantas siapakah orang yang masuk dalam kategori diringankan tersebut?

1. Musafir

Banyak hadits shahih membolehkan musafir untuk tidak puasa, kita tidak lupa bahwa rahmat ini disebutkan di tengah-tengah kitab-Nya yang Mulia, Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang berfirman (yang artinya):

“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari yang lain. Allah mengendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” [Al-Baqarah : 185].

Hamzah bin Amr Al-Aslami bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : “Apakah boleh aku berpuasa dalam safar ?” -dia banyak melakukan safar- maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Berpuasalah jika kamu mau dan berbukalah jika kamu mau” [Hadits Riwayat Bukhari 4/156 dan Muslim 1121].

Dari Anas bin Malik Radhiyallahuanhu berkata : “Aku pernah melakukan safar bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di bulan Ramadan, orang yang puasa tidak mencela yang berbuka dan yang berbuka tidak mencela yang berpuasa” [Hadits Riwayat Bukhari 4/163 dan Muslim 1118].

Hadits-hadits ini menunjukkan bolehnya memilih, tidak menentukan mana yang afdhal, namun mungkin bisa menyatakan bahwa yang afdhal adalah berbuka berdasarkan hadits-hadits yang umum, seperti sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
(yang artinya) : “Sesungguhnya Allah menyukai didatanginya rukhsah yang diberikan, sebagaimana Dia membenci orang yang melakukan maksiat” [Hadits Riwayat Ahmad 2/108, Ibnu Hibban 2742 dari Ibnu Umar dengan sanad yang shahih].

Tetapi mungkin hal ini dibatasi bagi orang yang tidak merasa berat dalam mengqadha dan menunaikannya, agar rukhshah tersebut tidak melenceng dari maksudnya. Hal ini telah dijelaskan dengan gamblang dalam satu riwayat Abu Said Al-Khudri Radhiyallahuanhu.

“Para sahabat berpendapat barangsiapa yang merasa kuat kemudian puasa (maka) itu baik (baginya), dan barangsiapa yang merasa lemah kemudian berbuka (maka) itu baik (baginya)” [Hadits Riwayat Tirmidzi 713, Al-Baghawi 1763 dari Abu Said, sanadnya Shahih walaupun dalam sanadnya ada Al-Jurairi, riwayat Abul A'la darinya termasuk riwayat yang paling shahih sebagaimana dikatakan oleh Al-Ijili dan lainnya.]

2. Sakit

Allah membolehkan orang yang sakit untuk berbuka sebagai rahmat dari-Nya, dan kemudahan bagi orang yang sakit tersebut. Sakit yang membolehkan berbuka adalah sakit yang apabila dibawa berpuasa akan menyebabkan suatu madharat atau menjadi semakin parah penyakitnya atau dikhawatirkan terlambat kesembuhannya. Wallahuaalam

3. Haid dan nifas

Ahlul ilmi telah bersepakat bahwa orang yang haid dan nifas tidak dihalalkan berpuasa, keduanya harus berbuka dan mengqadha, kalaupun keduanya puasa (maka puasanya) tidak sah. Akan datang penjelasannya, Insya Allah…

4. Kakek dan nenek yang sudah lanjut usia

Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma berkata : “Kakek dan nenek yang lanjut usia, yang tidak mampu puasa harus memberi makan setiap harinya seorang miskin” [Hadits Riwayat Bukhari 4505, Lihat Syarhus Sunnah 6/316, Fathul bari 8/180. Nailul Authar 4/315. Irwaul Ghalil 4/22-25. Ibnul Mundzir menukil dalam Al-Ijma' no. 129 akan adanya ijma (kesepakatan) dalam masalah ini].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu : “Barangsiapa yang mencapai usia lanjut dan tidak mampu puasa Ramadhan, harus mengeluarkan setiap harinya satu mud gandum” [Hadits Riwayat Daruquthni 2/208 dalam sanadnya ada Abdullah bin Shalih dia dhaif, tapi punya syahid (penguat, red)].

Dari Anas bin Malik (bahwa) beliau lemah (tidak mampu untuk puasa) pada satu tahun, kemudian beliau membuat satu wadah Tsarid dan mengundang 30 orang miskin (untuk makan) hingga mereka kenyang. [Hadits Riwayat Daruquthni 2/207, sanadnya shahih]

5. Wanita hamil dan menyusui

Di antara rahmat Allah yang agung kepada hamba-hamba-Nya yang lemah adalah Allah memberi rukhsah (keringanan) pada mereka untuk berbuka, dan diantara mereka adalah wanita hamil dan menyusui.

Dari Anas bin Malik [1], ia berkata : “Kudanya Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam mendatangi kami, akupun mendatangi Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam, aku temukan beliau sedang makan pagi, beliau bersabda, “Mendekatlah, aku akan ceritakan kepadamu tentang masalah puasa. Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala menggugurkan 1/2 shalat atas orang musafir, menggugurkan atas orang hamil dan menyusui kewajiban puasa”. Demi Allah, Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam telah mengucapkan keduanya atau salah satunya. [Hadits Riwayat Tirmidzi 715, Nasa'i 4/180, Abu Daud 3408, Ibnu Majah 16687. Sanadnya hasan (baik, red) sebagaimana pernyataan Tirmidzi]

....nah kalo ada yang laki2 islam dewasa tidak berpuasa di bulan ramadhan kali ini, tinggal pilih...masuk golongan maneee...kalo tidak puasa, bukan karena musafir...bukan karena sakit...bukan karena lanjut usia...berarti dia laki2 haid...atau laki2 sedang manyusui...


Tuesday, August 2, 2011

Ayah...ramadhan kali ini aku perbanyak baca Alfatiha untuk Mu

Ayah, kini aku telah punya 3 anak (cucu mu) masih kecil, 2 cowok dan 1 cewek. Mereka lucu sekali...barang kali seper itulah aku dulu di mata ayah. Mereka selalu merengek di kala membutuhkan sesuatu, bahkan merajuk saat kemauannya tak aku turuti. (Apakah dulu juga aku begitu. Semua itu masa lalu yang indah, kini Ayah telah tiada)

Ayah, betapa aku begitu menghormati juga menyayangimu. Ayah, saat kau bercanda hanya untuk membuatku tertawa, tapi yang ada hanya senyuman tak bernyawa yang keluar dari bibirku. Maafkan aku, karna saat itu hatiku sedang tak gembira.

Ayah, mengenang masa lalu, saat bermain jadi kegiatan utamaku setelah belajar. Sore itu, suara sepeda motormu terdengar dari tempat bermainku, serta merta kusudahi permainan dan ku beranjak pulang. Aku masih ingin bermain, Ayah!

Ayah, kutau engkau masih ada pekerjaan setelah pekerja siang selesai. Setelah sholat Maghrib dilakukan bersama, kau meluangkan waktu hanya untuk mengajarkanku dan anak2 kampung Quaran kecil (sekaranIQRA jilid pertama). Dan kau lakukan itu sampai ku mampu menyelesaikan IQRA jilid keenam agar ku dapat membaca Alquran. Aku harus mengulang lembaran yang sama, saat aku tak bisa membedakan cara baca huruf yang hampir serupa, keliru mengartikan tanda baca, dan itu tak mudah, Ayah!

Ayah, kau bercerita tentang banyak kisah teladan. Berharap aku dapat mengambil pelajaran dari itu semua. Mungkin kini ku sudah lupa dengan ceritanya, tapi ku masih mengingat kau begitu bersemangat.

Ayah, bukan hanya aku, abang, kakak dan adik yang jadi bebas buta alquran...tapi juga sebagian orang kampung kita juga. Alangkah besarnya pahala Ayah. Ibu selalu setia menemani ayah ngajar ngaji sampai malam, walau dia capek.

Ayah, aku sangat takut ketika kau marah padaku. Tapi kusadar itu demi kebaikan, karna marahmu untuk mendidikku. Marah untuk menyampaikan kekecewaan atas sikapku. Dan dengan begitu, aku tak ingin lagi melakukan kesalahan yang sama karna ku takut kau kecewa.

Ayah, banyak cerita lain yang telah kita ciptakan bersama. Banyak kenangan di sana yang sekarang hanya dapat diambil hikmahnya saja.

Ayah, jangan khawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja karna selalu ada doa darimu yang selalu menemani langkah hidupku. Bekal yang selalu Ayah berikan sejak dulu, selalu kugunakan. Kalaupun aku mesti terjatuh, biarlah aku belajar bagaimana aku harus segera bangkit. Kalaupun aku mesti terluka, biarlah aku belajar bagaimana aku harus menyembuhkannya.

Ayah, aku yakin aku pasti bisa melewati semua apa yang disebut jalan menuju masa depan. Semoga segala yang menjadi rintangan, bisa aku selesaikan dengan cara yang sepadan. Ayah, aku ingin membuatmu tersenyum.

"Ayah terima kasih nanda haturkan kepadamu
Yang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibu
Ayah engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiaku
Yang telah membimbing masa kecilku meniti jalan Tuhanku"

"Ayah semoga hasrat ku membaca 1000 alafatiha untuk Mu dan untuk kita semua selama ramadhan ini terwujud...amin...

Wednesday, July 27, 2011

Ingat Ibu Bila Menjelang Ramadhan


Aku senantiasi mengenang saat-saat Ramadhan tiba beberapa tahun silam, saat masih duduk di bangku SD sampai SMA. Itulah masa-masa terindah Ramadhan dan Lebaran yang pernah kualami, dan tidak lagi kurasakan keindahannya kini. Cukup bahagialah meskipun hanya sebatas mengenang masa-masa Ramadhan yang indah itu, masa Ramadhan bersama almarhumah Ibu.

Seingatku, aku mulai tamat berpuasa sejak duduk di bangku kelas 2 SD tahun 1977. Setahun sebelumnya, Ayah ku, mengajariku bacaan sholat dan doa-doa niat serta membatalkan puasa. Di rumah bacaan itu harus kuucapkan keras-keras: nawaetu saoma godhi...dst. Dan, yang paling menyejukkan ketika melantunkan bacaan berbuka puasa: allahumma laka sumtu, wa bika amantu... dst.

Ibu dan Ayahku ku yang kini sudah tiada, mereka selalu mengistimewakan bulan Ramadhan ini sebulan penuh dan berpuncak pada Idul Fitri, hari kemenangan. Jelang Ramadhan, misalnya, masakan dan makanan selalu istimewa. Setidak-tidaknya dibanding hari-hari biasanya. Ayam kampung piaraan kami potong sampai dua ekor. Kadang daging sapi pun, makanan paling istimewa di kampung kami, Ibu sediakan untuk sop. Kolak sudah menjadi kewajiban ada. Pakcik-Makcik dan saudara-saudara yang mengembara ke luar Dumai, sengaja pulang untuk bersama di awal Ramadhan ini.

Kalau ingat sekarang, kemewahan seperti itu benar-benar sangat berlebihan. Maklum kedua orangtuaku hanya "Petani" nyaris melipatgandakan biaya belanja sebulan itu. Kadang Ayah yang mengingatkan, “Jangan terlalu berlebihan, tetangga kita masih ada yang berkekurangan!” Maklum Ayah Ku Guru Ngaji dan tempat orang kampung Ku "bertanya" selalu memberi contoh yang bai. Ibu selalu punya kilahan yang menyejukkan, “‘Kan tidak setiap hari, ini hanya selama Ramadhan saja, biar anak-anak senang.”

Ibu benar, hanya pada bulan Ramadhan sajalah kami berkumpul, kakaku sekolah diluar daerah Pekanbaru dan ada juga ikut keluarga di Malaka (Malaysia) Hanya saat Lebaran kami ngumpul. Hari-hari lain kami terpencar. Hanya SD yg ada di kampung ku., tidak seperti sekarang? Nyaris tidak pernah ngumpul selain Ramdhan dan Lebaran.

Hanya saat Ramadhan sajalah kami bisa menikmati kue kering yang lezat, manisan kolang kaling dan pepaya yang segar, serta kue bolu (cake) yang aromanya bisa membuat hidung tetangga cungat-cungit. Untuk kue bolu yang harum ini Ibu selalu bilang, “Ini buat Lebaran, jangan dimakan sekarang!” Duh, padahal lebaran masih tiga hari lagi! (Maaf aku menangis ketika mengetik tulisan ini)

Menantikan saat-saat berbuka puasa adalah hal yang menyengkan tiada tara. Jam empat selepas sholat ashar, aku biasa menghabiskan waktu dengan bermain layang-layang di tepi laut bekas lapangan bola kaki. Suasana hijau yang membentang luas, dengan hamparan laut yang membiru di kejauhan. Jika ada waktu, Ayah sering mengajak kekebun durian dan cengkeh.

Saat usai tarawih, perut anak-anak sepertiku kala itu, lekas terjangkiti lapar lagi. Solusinya kue tadarus yang emang selalu ada di mesjid. Walau tadarus belum mulai, karena orang masih sedang shalat taraweh, kuenya udah kani mbat dulua...tapi ga semua lho, pasti disain untuk taduran.

Demikian seterusnya. Selalu istimewa, sebab ritual seperti itu tidak akan kujumpai lagi di hari-hari biasanya.

Jika aku dan adik-adik mulai beranjak tidur, Almarhum Ayah dan almarhumah Ibu tadarus, membaca dan menderas Al Quran dengan cara bersenandung. Senandung Ilahi masih terngiang sampai sekarang. Kami menyerap tadarus itu sampai ke lubuk hati, sampai kami tertidur pulas.

Saat tiba makan sahur, Ibu yang selalu membangunkanku, “nak, bangun...sahur...besok puasa ga?. bangun sayang” Itulah almarhumah Ibu yang selalu mengakhiri kalimat dengan kata sayang, memintaku bangun dan makan sahur.

Saat lebaran tiba, kami bersimpuh, meminta maaf kepada orangtua, Ayah dan Ibuku. Demikianlah ritual itu berulang setiap Lebaran. Dan, suasana lebaran yang paling mengharukan terjadi pada Idul Fitri tahun ....maaf aku lupa. Itulah lebaran terakhir dimana aku terakhir bersimpuh. Ibu meninggal ketika Aku masih SMP. Menjelang Ramadhan 2011 ini aku teringat Ibu..."Ibu izinkan aku mengucapkan kata-kata" ....."aku rindu pada Mu..............................................................................................................................................................."

Maaf Pembaca...aku menagis lagi...semoga ibuku mendengar.....

Di depanku kini, nyaris 25 tahun setelah kepergian Ibu, hanya terdapat nisan bertuliskan nama Ibu. Sebuah prasasti beku yang ditoreh Almurhum Ayah ku. Di atas kuburan Ibu, aku mengenang masa-masa Ramadhan yang telah lalu, yang keindahannya terasa berkurang dan terus berkurang semenjak kepergian Ibu.

“Ibu, maafkan aku, anakmu!”

"Ayah Aku senantiasa membaca doa yang ayah ajarkan dulu"..."Ya Allah manja kanlah kedua orang tua ku di dqlam kuburnya...amin.."

Selamat menyambut Ramadhan kepada semua pembca tulisan ini...mohon maaf lahir dan bathin.



Monday, July 25, 2011

Khutbah Rasulullah Menjelang Ramadhan




Dalam rangka menyambut Ramadhan, inilah pentingnya bulan suci ini seperti dituturkan Rasulullah pada akhir bulan Syaban.
“Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yg paling utama.
Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah, Allah Ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbal-alamin.
Wahai manusia, barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.
(Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan khotbahnya, “Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan seteguk air.”)
Wahai manusia, siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, ia akan berhasil melewati Sirathal Mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.
Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.”
(Aku –Ali bin Abi Thalib yang meriwayatkan hadits ini– berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi, “Ya Abal Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.)
Sumber: Dakwatuna

Saturday, July 23, 2011

SEPULUH AYAT PALING PENTING DARI SURAT AL-BAQARAH UNTUK MENJAGA RUMAH DARI GANGGUAN MAKHLUK JAHAT

Banyak hadits Shahih yang menyebutkan bahwa di antara keutamaan membaca surat al-Baqarah adalah untuk mengusir Jin, Syetan dan makhluk jahat lainnya. Salah satu hadits Shahih dimaksud adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:

"Janganlah rumah-rumah kalian dijadikan kuburan, sesungguhnya setan akan lari tunggang langgang dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah" (HR. Muslim).

Untuk itu, para ulama mengatakan, sebaiknya setiap malam dibacakan surat al-Baqarah di dalam rumah, termasuk apabila hendak menempati rumah baru atau rumah yang sudah lama dikosongkan. Namun, bagaimana apabila membaca surat al-Baqarah ini terlalu panjang dan lama, apakah ada bacaan lain yang faedahnya sama dengan membaca surat al-Baqarah?
Jawabannya ada. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:

"Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surat al-Baqarah pada suatu malam, maka rumah tersebut tidak akan dimasuki syaithan (atau makhluk jahat lainnya) sampai pagi hari; empat ayat awal surat al-Baqarah, ayat Kursi, dua ayat setelah ayat Kursi dan tiga ayat paling akhir dari surat al-Baqarah" (HR. Hakim, Baihaki, dan haditsnya Dlaif, akan tetapi banyak riwayat lain yang saling menguatkan, banyak syawahidnya sehingga hadits ini dapat dipergunakan sebagai landasan).

Sepuluh ayat inilah yang sebaiknya dibaca setiap muslim ketika malam mulai tiba (setelah Maghrib). Bahkan, apabila baru menempati rumah baru, atau rumah kosong, apabila terlalu panjang dan terlalu memberatkan untuk membaca surat al-Baqarah, maka cukup membaca sepuluh ayat di bawah ini. Dalam redaksi haditsnya memang disebutkan sepuluh ayat, namun, penulis tambahkan dua ayat lainnya yang mempunyai faedah sama berdasarkan hadits-hadits lainnya. Selain dua belas ayat di bawah ini, juga alangkah lebih baiknya apabila setelahnya ditambah dengan membaca surat al-Ikhlas tiga kali, al-Falaq tiga kali, dan an-Nas tiga kali. Berikut sepuluh ayat ini semoga bermanfaat dan dapat dimanfaatkan serta dapat diamalkan. Semoga.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin. Arrahmaanirrahiim. Maaliki yaumiddiin. Iyyaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathalladziina an'amta 'alaihim ghairil maghdluubi 'alaihim waladldlaaalliin. Aamiin.

Artinya: (1).Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (2).Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (3). Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (4).Yang menguasai di hari Pembalasan. (5).Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (6). Tunjukilah kami jalan yang lurus, (7).(yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

الم (1) ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)

Alif laaammm miiiim. Dzaalikal kitaabu laa raiba fiihi hudall lilmuttaqiin. Alladziina yu'minuuna bilghaibi wa yuqiimuunash shalaata wamimmaa razaqnaahum yungfiquun. Walladziina yu'minuuna bimaaa ungzila ilaika wamaa ungzila mingqablika wabil aakhirati hum yuuqinuun. Ulaaika 'alaa hudam mirrabbihim wa ulaaika humul muflihuun.

Artinya: "(1). Alif laam miin. (2). Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (3).(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. (4). Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (5).Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (163)


Wa ilaahukum ilaahuww waahidull laa ilaaha illaa huwar rahmaanur rahiim.

Artinya: "163. Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (255)

Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum. Laa ta'khudzuhu sinatuwwalaa nauum. Lahuu maa fissamaawaati wamaa fil ardl. Mangdzalladzi yasyfa'u 'ingdahuu illaa bi idznih. Ya'lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum walaa yuhiithuuna bi syai'imm min 'ilmihii illaa bimaa syaaa. Wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal 'ardh. Walaa ya'uuduhuu hifzhuhumaa wahuwal 'aliyyul 'azhiim.

Artinya: "255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar."

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (256)

Laa ikraaha fiddiin. Qattabayyanar rusydu minal ghayy. Famayyakfur biththaaghuuti wa yu'mim billaahi faqadis tamsaka bil 'urwatil wutsqaa langfishama lahaa. Wallaahu samii'un 'aliim.

Artinya: "256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui."

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (257)

Allaahu waliyyull ladziina aamanuu yukhrijuhumm minazhzhulumaati ilannuur. Walladziina kafaruu auliyaauhumut thaaghuutu yukhrijuunahumm minannuuri ilazhzhulumaat. Ulaaika ashhaabunnaari hum fiihaa khaaliduun.

Artinya: "257.Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (284)

Lillaahi maa fissamaawaati wamaa fil ardl. Wa ingtubduu maa fii angfusikum au tukhfuuhu yuhaasibkumm bihillaah. Fayaghfiru limayyasyaa'u wa yu'adzdzibu mayyasyaa'. Wallaahu 'alaa kulli sya'ing qadiir.

Artinya: "284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285)

Aamanarrasuulu bimaa ungzila ilaihi mirrabbihii wal mu'minuun. Kullun aamana billaahi wa malaaikatihii wakutubihii warusulih. Laa nufarriqu baina ahadimm mirrusulih. Wa qaaluu sami'naa wa atha'naa, ghufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir.

Artinya: "285. Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)

Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus'ahaa. Lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat. Rabbanaa laa tu'aakhidznaa inn nasiinaa au akhtha'naa. Rabbanaa walaa tahmil 'alainaa ishrang kamaa hamaltahuu 'alalladziina mingqablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih. Wa'fu 'annaa waghfirlanaa warhamnaa. Angta maulaanaa fangshurnaa 'alal qaumil kaafiriin.

Artinya: "286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

Lalu setelah itu membaca surat al-Fatihah kembali (satu kali). Setelah membaca surat al-Fatihah kemudian membaca surat al-Ikhlash sebanyak tiga kali. Setelah membaca surat al-Ikhlash berikutnya membaca bacaan di bawah ini satu kali:

لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد


Laa Ilaaha Illallaah wallaahu akbar wa lillaahil hamd

Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar, serta segala puji hanya bagi Allah".

Kemudian membaca surat al-Falaq sebanyak tiga kali. Selesai membaca surat al-Falaq lalu baca bacaan berikut satu kali:

لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد


Laa Ilaaha Illallaah wallaahu akbar wa lillaahil hamd

Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar, serta segala puji hanya bagi Allah".

Kemudian baca surat an-Nas tiga kali. Selesai membaca surat an-Nas, kemudian tutup dengan membaca surat al-Fatihah kembali sebanyak satu kali.

Semoga bermanfaat dan menjadi ibadah bagi kami sekeluarga...amin...